Indonesiamerdisa.org Ketika kita bicara tentang pembangunan berkelanjutan, desa kerap kali ditempatkan di pinggiran wacana, padahal di sanalah sebagian besar potensi Indonesia tersimpan. SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan desa sebagai poros pembangunan yang inklusif. Dengan pendekatan berbasis potensi lokal—seperti pertanian organik, BUMDes, dan ekowisata—desa dapat tumbuh sebagai pusat ekonomi mandiri dan ramah lingkungan.

Banyak desa di Indonesia mulai mengadopsi model pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya meningkatkan pendapatan warga, tapi juga menjaga kearifan lokal dan kelestarian alam. Di Jawa Tengah, misalnya, sejumlah desa memanfaatkan dana desa untuk membangun kebun edukatif dan taman wisata berbasis agroekologi. Upaya ini tidak hanya menggerakkan ekonomi warga, tapi juga menarik wisatawan dan mendidik generasi muda tentang pentingnya harmoni dengan alam.

Namun, tantangan terbesar bukan pada ketersediaan sumber daya, melainkan pada kapasitas tata kelola dan pendampingan berkelanjutan. SDGs menekankan bahwa pembangunan desa bukan sekadar program, tapi proses panjang yang membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Tanpa partisipasi aktif warga desa sendiri, keberlanjutan hanya akan menjadi jargon.

Oleh karena itu, membangun desa dari dalam harus dimulai dari pemberdayaan: literasi keuangan, pelatihan usaha mikro, serta pelibatan pemuda dalam forum-forum perencanaan pembangunan. Ketika desa memiliki otonomi dalam menentukan masa depannya, maka SDGs bukan lagi cita-cita, melainkan kenyataan yang dibentuk dari akar rumput.